Saat itu, aku masih duduk di bangku kelas 4 SD. saat-saat yang paling tepat untuk menikmati masa kecilku. Aku dan Mega, sahabat kecilku selalu bermain bersama, kita selalu berbagi pengetahuan . Saat pulang sekolah tiba, aku bergegas untuk mengajaknya bermain, yang ku tahu dia hanyalah seorang gadis kecil yang memakai pakaian kusut, lugu, manis dan badannya berbau keringat, tetapi dia adalah seorang anak yang sangat pandai menulis. aku heran mengapa banyak sekali orang yang tidak menyukainya, mungkin mereka belum kenal lebih dekat saja dengan Mega.
Aku sangat ingat pada satu peristiwa di masa itu..
“Megaaa Mega, main yuk” Suaraku menggema di telingaku sendiri. Tak lama Mega keluar dari rumahnya yang hanya beralaskan tanah.
Aku dan Mega segera menuju tempat biasa kita bermain, yaitu lapangan serba guna, disana dapat dijadikan tempat olahraga, bermain, sampai tempat menyembelih hewan kurban pun bisa. Aku dan Mega sangat menikmati siang itu, kami sering kali melihat pesawat berlalu lalang di atas kepala kami.
“Melly...” Mega berbisik memanggilku.
“Iya..” Jawabku singkat.
“Bersekolah itu seru tidak sih?” Tanya Mega. Kini ekspresi senang yang tadinya menghiasi wajahnya tampak hilang.
“waw!, seru banget, disana aku banyak sekali mendapat teman, trus juga, gurunya baik-baik, dan jajanannya enak-enak lo, kenapa kamu tidak sekolah Meg?” Tanyaku polos. Aku masih belum mengerti mengapa Mega tidak bersekolah.
“Kata mamah aku sih, mamah aku tidak punya uang buat aku bersekolah, tapi tidak apa-apa deh, aku kan masih bisa main sepuasnya”
“Tapi, kalo kamu tidak sekolah, nanti kamu gak pintar loh”
Tiba-tiba Mega merenung sendirian, dan hujan pun turun dengan derasnya, aku langsung kembali ke rumah, sementara Mega masih merenung di lapangan.
Besoknya, saat aku pulang sekolah, aku kembali mengajaknya bermain di lapangan serba guna itu, kali ini wajah cerianya sudah kembali pulih.
Sekitar lima belas menit kami bercanda ria, tia-tiba Mega bertanya kepadaku
“Melly, seandainya aku tidak bisa menepati janjiku, bagaimana?” Tanya Mega cemas.
“Maksudmu? Tanyaku heran.
“Mungkin aku akan segera pergi meninggalkanmu” Jawab Mega lesu.
“Loh? Kok bisa, kenapa, yasudahlah, aku tau kok kamu hanya bercanda”
“Hhh”
Setelah itu kami segera kembali ke rumah masing-masing.
Beberapa hari kemudian, saat pulang sekolah aku diberitahu mamah kalau tadi Mega kerumah untuk mengajakku bermain. Tetapi aku masih berada di sekolah. Sekitar pukul 2 siang, Mega kembali menyamparku.
“Melly, Melly.. “ Teriak Mega dari luar. Sepertinya ia membawa sesuatu.
“Iyaaa. Sebentar duluu”
Aku segera keluar untuk menemui Mega, aku melihat Mega membawa sepucuk surat yag dihiasi gambar-gambar.
“Melly, ini buat kamu, simpan ya, aku akan selalu mengirim surat untukmu, dan jangan lupa untuk dibalas ya, aku akan memberitahu alamat baruku di surat kedua, aku akan mengirimkanmu surat hingga uang ditabunganku habis, dan aku tidak bisa lagi membayar untuk biaya pengiriman surat. Daah, sampai jumpa”
Sebelum ku jawab kalimat terakhir Mega, ia pergi meninggalkanku, aku melihat setetes air mata yang membasahi pipinya, entah apa yang terjadi pada Mega. Segera ku buka isi surat itu dan membacanya,
Salam manisku untuk Melly, sahabat kecilku.
Mellyku yang hebat... Melly maafkan aku yang tidak bisa menepati janjiku untuk selalu ada di sampingmu, tapi aku akan selalu menjadi sahabat kecilmu. Mell... aku dan keluargaku pergi meninggalkan desa ini, tak tahu arah yang akan kami tuju, kami sekeluarga diusir dari lahan itu, yang sebenarnya adalah milik pemerintah, orangtuaku tidak mampu membeli lahan sendiri karena terpaut masalah biaya, jadi apa boleh buat, kami segera pergi meninggalkan lahan itu. Mell, aku akan merindukanmu, jika aku kembali, pastikan aku akan melihat dirimu telah menjadi seorang dokter yang hebat, seperti yang engkau impikan selama ini. Mell bantu aku untuk bisa menggapai impianku, aku ingin menjadi yang pertama, bantu aku agar aku dapat bersekolah sepertimu. Terima kasih atas segala perbutanmu...aku sayang kamu..
Salam manisku. Mega.
Aku hanya bisa merenung dan diam terpaku, sungguh pahit kata-kata itu yang tadi aku baca, tak kuat aku membaca penderitaan sahabatku sendiri. Aku baru bisa membalas di surat ke dua, tapi surat itu tak kunjung datang. Aku ingin membantu Melly mewujudkan cita-citanya.
Enam tahun telah berlalu, tetapi surat kedua itu tak kunjung datang juga.
Mega, aku merindukanmu...batinku.
Suatu ketika pak pos datang ke rumah untuk memberikan sepucuk surat dari ranselnya, entah dari siapa. Setelah itu segera ku buka isi amplopnya yang ternyata adalah surat kedua dari Mega.
Salam setiaku untuk Melly yang ku rindu.
Mell.. sungguh maafkan aku untuk kesekian kalinya. Maafkan aku karena aku baru bisa mengirimkan surat kedua ini,. Apa kabarmu Mell?, Ku harap kamu baik-baik saja disana. Aku sangat merindukanmu . aku masih tinggal di sekitar Jakarta. Jika kamu ingin menemuiku, cari saja aku di perempatan Patroli, disana kamu bisa melihat ratusan orang Jakarta yang begitu padat,. Oh iya! Bagaimana sekolahmu, apakah kamu sudah melanjutkan sekolahmu ke sekolah kedokteran?, disini aku akan selalu mendoakanmu!, jika aku ada waktu, aku akan menunggumu di lapangan serba guna itu. Sudah dulu ya Mell. Aku sudah ngantuk. Jangan lupa di balas ya!!
Salam hangatku Mega..
Setelah membaca surat itu, perasaanku sangat senang dan terharu, ternyata Mega masih mengingatku. Aku segera mengambil beberapa kertas yang ada di lemari bukuku. Dan aku pun segera menulis surat untuk Mega.
Dear Mega, sahabat setiaku
Hai Mega.. aku sangat merindukanmu, aku disini baik-baik saja, lantas , bagaimana keadaanmu disana?. Ku harap kamu sudah bisa sekolah sepertiku. Mega, kau tidak mempunyai salah apapun terhadapku, jadi aku akan selalu memaafkanmu. Jika ada waktu aku janji akan menemuimu di parempatan Patroli itu, tapi maafkan aku jika aku tak kunjung datang. Tunggu saja kehadiranku ya!. Oh iya! Aku belum melanjutkan sekolahku ke sekolah kedokteran, aku masih SMA, belum cukup umur untuk menjadi seorang dokter. Aku juga akan selalu menunggumu di lapangan serba guna. Datang secepatnya ya!!
Salamku. Melly....
Aku langsung mengirmkan surat ituke pak pos terdekat, ku harap Mega bisa mendapatkan surat itu secepatnya.
Setelah sekian lama ku cari wakt luang, akhirnya aku bisa mendapatkannya, ku manfaatkan waktu luang itu untuk menemui Mega di perempatan Patroli. Aku mengendarai motor dengan ditemani teman SMAku, Vitta.
Aku melihat begitu banyak gadis di perempatan Patroli itu, tetapi aku memperhatikan satu gadis dari mereka, ia memiliki luka di bagian sikutnya. MEGA!!
“Mega.. Mega ini aku Melly” Teriakku sambil berlari ke arah Mega.
Mega pun menengok ke arahku dan ia pun segera berlari menghampiriku. Sungguh suasana yang sangat membuatku terharu dan sempat menitihkan air mata. Oh Tuhan.. terima kasih..
“Melly..” Sapa Mega sambil menitihkan air mata.
“Mega ..” Balasku.
“Sudah lama sekali kita tidak bertemu, aku ingin membawa keluargaku kembali ke desa itu..” Harap Mega.
“Aku juga ingin bersamamu kembali” Jawabku.
Persahabatan kami takkan bisa terpisahkan. walau dengan waktu yang sangat lama. karena persahabatan kami adalah persahabatan yang indah, yang terjalin selamanya...